SUARADPR.COM – Pengamat politik terkemuka, Rocky Gerung, kembali melontarkan pandangannya yang tajam terkait prosesi pelantikan Anggota DPR, MPR, dan DPD RI di Ruang Sidang Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (1/10/2024). Rocky menyoroti momen yang mencuri perhatian publik—saat Presiden Joko Widodo disapa oleh pimpinan sementara sidang, namun hampir tak ada tepuk tangan dari para hadirin.
Kontras terlihat ketika Ketua DPR sementara, Zulfikar, menyapa Presiden terpilih Prabowo Subianto. Ruangan yang penuh dengan 580 anggota DPR yang baru dilantik riuh oleh tepuk tangan, memberikan kesan yang sangat berbeda dari saat Jokowi disambut.
Bagi Rocky Gerung, peristiwa ini menjadi simbol penurunan popularitas Jokowi di akhir masa jabatannya. Meskipun pernah dipuja sebagai sosok yang berpengaruh selama dua periode, kini mantan Gubernur DKI Jakarta itu mulai merasakan realitas baru yang menyedihkan. “Satu kata: tragis. Itulah yang menggambarkan kondisi psikologis politik hari ini,” kata Rocky.
Rocky menilai bahwa selama bertahun-tahun, elektabilitas Jokowi dipompa, dan dukungan publik sering kali dipersepsikan berlebihan. Namun, seiring berjalannya waktu, dukungan itu mulai memudar, mencerminkan paradoks kekuasaan yang dialami oleh Presiden yang telah memimpin Indonesia selama satu dekade tersebut.
Paradoks Kekuasaan: Dari Puncak hingga Kesepian Politik
Menurut Rocky, fenomena ini tak terhindarkan. Jokowi, yang dulunya dielu-elukan, kini tampak ditinggalkan. “Jokowi terlalu lama berada di puncak kekuasaan dan terlalu banyak dipuja-puji. Kini, ia merasakan apa yang disebut kesepian politik—hukuman tertinggi bagi seorang pemimpin yang pernah berharap bisa memerintah seumur hidup,” jelasnya.
Rocky juga menyebut bahwa fenomena ini bukan sekadar penurunan popularitas, tetapi lebih sebagai tanda dari perubahan besar dalam politik Indonesia. “Publik akhirnya memberikan kejujuran yang selama ini dimanipulasi oleh kekuasaan di sekitarnya,” ujarnya.
Dalam pandangan Rocky, keengganan para anggota parlemen untuk memberikan tepuk tangan kepada Jokowi menjadi simbol dari kondisi politik Indonesia yang berubah. “Jika tepuk tangan sudah tak diberikan lagi, itu berarti Jokowi tak lagi bisa membanggakan dirinya,” pungkasnya.
Kata Rocky Gerung, Tragedi Kekuasaan yang Tak Terhindarkan
Komentar Rocky yang disampaikan dalam kanal Youtube-nya, Rocky Gerung Official, menggambarkan kondisi politik saat ini sebagai ironi dari kekuasaan yang memudar. “Ini adalah tragedi, atau bahkan komedi kekuasaan,” tambahnya.
Dengan masa jabatan yang akan segera berakhir pada 20 Oktober 2024, Jokowi kini menghadapi kenyataan pahit bahwa dukungan yang pernah begitu kuat kini mulai pudar. Bagi Rocky, ini adalah paradoks dari ambisi berkuasa, di mana seorang pemimpin yang pernah berada di puncak kini terjebak dalam kesepian politik.
Komentar