SUARADPR.COM – Pengamat politik Rocky Gerung kembali membuat pernyataan kontroversial dengan membandingkan senyum Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dengan karya legendaris Leonardo da Vinci, “Mona Lisa.” Dalam acara bedah buku Merahnya Ajaran Bung Karno yang digelar oleh Persatuan Alumni GMNI Lebak, Banten, pada Jumat, 16 Agustus 2024, Rocky menyebut bahwa senyum Megawati jauh lebih indah dibandingkan senyum yang dilukis dalam mahakarya tersebut.
“Ekspresi Megawati itu lebih indah, apalagi di tengah tantangan politik pemerintahan Joko Widodo (Jokowi),” ujar Rocky di hadapan para peserta.
Rocky juga mengisahkan pengalamannya saat berkunjung ke Museum Louvre di Paris, tempat lukisan asli “Mona Lisa” dipamerkan. Ia mengaku sempat berfoto di depan lukisan tersebut, tetapi setelah kembali ke Indonesia, ia menyadari bahwa senyum Megawati mengandung keindahan yang lebih mendalam.
Mengembalikan Tradisi Berpikir
Dalam kesempatan itu, Rocky menekankan pentingnya menghidupkan kembali tradisi berpikir yang menjadi dasar perjuangan para pendiri bangsa. Ia juga berharap agar forum diskusi seperti ini menjadi ruang untuk memupuk pemikiran kritis di kalangan masyarakat.
“Saya ingin Rangkasbitung menjadi ‘Ibu Kota Pikiran’, tempat di mana ide-ide besar dilahirkan untuk masa depan bangsa,” tegasnya.
Relevansi Bung Karno di Era Modern
Rocky mengajak masyarakat untuk kembali memahami relevansi ajaran Bung Karno dalam menghadapi tantangan global saat ini. Menurutnya, pemikiran Bung Karno tentang hak asasi manusia, demokrasi, lingkungan hidup, dan solidaritas kemanusiaan sudah jauh mendahului zamannya dan masih relevan hingga kini.
“Jangan biarkan pemikiran besar ini tenggelam dalam arus pragmatisme,” kata Rocky.
Diskusi dengan Tokoh-Tokoh Nasional
Selain Rocky Gerung, diskusi ini juga menghadirkan tokoh-tokoh penting seperti sejarawan Bonnie Triyana, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, dan penulis buku Merahnya Ajaran Bung Karno, Airlangga Pribadi. Acara ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai elemen, termasuk Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan organisasi pemuda setempat.
Hasto Kristiyanto dalam kesempatan tersebut menegaskan bahwa buku karya Airlangga Pribadi menjadi pedoman penting bagi rakyat untuk terus melawan ketidakadilan, sebuah pesan yang diwariskan oleh Bung Karno.
“Pemikiran Bung Karno adalah tentang pembebasan rakyat dan kedaulatan mereka, bukan untuk kepentingan segelintir pihak atau keluarga,” ujar Hasto.
Pentingnya Perlawanan Intelektual
Airlangga Pribadi menambahkan, gagasan Bung Karno bisa disamakan dengan konsep theatre of the oppressed karya Augusto Boal, yang melibatkan rakyat secara aktif dalam proses perubahan sosial. Menurutnya, Bung Karno adalah sosok yang mendorong rakyat untuk berpartisipasi dalam membangun bangsa, bukan sekadar menjadi penonton.
“Rakyat bukan hanya pengamat, mereka adalah bagian dari perjuangan untuk kebebasan,” pungkas Airlangga.
Komentar